Jumat, 12 Februari 2010

MANAJEMEN PRIBADI



Nabi Muhammad SAW yang tidak pernah mendalami ilmu manajemen telah berhasil menjadi seorang manajer yang handal. Tidak saja dalam hal pengembangan agama, namun juga dalam pengembangan diri pribadi, kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Keberhasilan ini tidak terlepas dari tuntunan Allah melalui ayat-ayat yang diturunkan-Nya dari waktu ke waktu selama masa kenabian.

Bila kita cermati tata urutan turunnya ayat-ayat tersebut, maka akan kita temukan adanya hubungan proses sebab akibat yang mengantarnya mudah memahami suatu persoalan dan dapat mengambil keputusan tepat untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Apakah benar ayat-ayat tersebut merupakan tuntunan manajemen? Mari kita cermati ayat-ayat yang turun dalam lima surat yang pertama turun, yaitu Al-Alaq, Al-Qalam, Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir, dan Al-Fatihah.

Al-Alaq sebagai kunci ideologi

Diawali dengan peristiwa di gua Hira, pernyataan manajemen pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW adalah ”Iqra” yang artinya ”bacalah”. Bagaimana seorang yang tidak bisa membaca dan menulis diperintahkan membaca? Inilah revolusi berpikir terpenting dalam sejarah pengembangan manajemen. Pernyataan dalam kelima ayat dari surat Al-Alaq mencerminkan adanya suatu landasan ideologi dan proses berpikir yang terpusat pada kemutlakan Sang Pencipta.

Kelima konsep ideologi ini akan mengantar kita sebagai praktisi manajemen yang mempunyai idealisme berpikir dan bertindak hanya karena Sang Pencipta.

Al-Qalam sebagai kunci akhlak

Sebagai Rasul, Nabi Muhammad SAW harus berhadapan dengan masyarakat jahiliyah. Dalam fase ini turunlah 7 ayat selanjutnya dari surat Al-Qalam yang mengindikasikan perlunya tampil beda menghadapi masyarakat jahiliyah. Apa yang beda? Akhlak Nabi. Esensi manajemen dalam surat ini adalah perlunya berakhlak baik menghadapi orang-orang yang akan diatur.

Al-Muzzammil sebagai kunci moral

Bagi Nabi Muhammad SAW yang tidak bisa membaca dan menulis, bukan perkara mudah berinteraksi dengan mereka yang memiliki intelektualitas dan kelas sosial tinggi. Namun dengan bekal 10 ayat surat Al-Muzzammil yang turun setelah surat Al-Qalam, Nabi mampu mengakselerasi pengembangan intelektualitas dan kelas sosialnya dalam waktu singkat. Apa saja yang menjadi kunci keberhasilan akselerasi tersebut? Di antara yang terpenting yaitu melaksanakan hal-hal berikut: shalat malam, tartil Quran, ijtihad, dzikir, ibadah, tawakal, sabar, dan hijrah. Lalu apa hubungannya antara aplikasi di atas dengan pengembangan intelektualitas?

Ternyata intelektualitas yang ada dalam diri manusia yang telah ditemukan hingga saat ini adalah apa yang disebut dengan IQ, EQ dan SQ yang ketiganya menciptakan keseimbangannya sendiri selaras dengan muatan yang dimasukkannya. Bila dianalogikan bahwa IQ, EQ dan SQ membutuhkan makanan, maka makanan untuk IQ adalah pelajaran nyata yang logis sedangkan makanan EQ dan SQ yang terutama adalah menjalankan perintah dari surat Al-Muzzammil di atas. Lalu apa kaitannya dengan akselerasi kelas sosial? Allah yang Maha Pemberi menjanjikan suatu tempat yang terpuji bagi yang melaksanakan perintah Al-Muzzammil ini, yang benar tidaknya hanya bisa dirasakan oleh perangkat EQ dan SQ.

Esensi manajemen yang tersirat dalam surat Al-Muzzammil adalah pentingnya menyeimbangkan muatan IQ, EQ dan SQ dengan cara yang benar dan sistematis sehingga dicapai keseimbangan antarketiganya yang dapat mempertebal dan memperkokoh moral kita. Dalam aplikasi sehari-hari, seorang manajer yang bermoral tinggi akan mendapatkan tempat terhormat di masyarakat.

Al-Muddatstsir sebagai kunci operasional

Nabi Muhammad SAW menerima tujuh ayat operasional dalam surat Al-Muddatstsir yang turun setelah surat Al-Muzzammil. Inti pesan ayat-ayat ini adalah: menyampaikan visi dan misi Islam secara terbuka kepada masyarakat umum. Analoginya dalam praktik manajemen saat ini, adalah seperti layaknya perusahaan yang ”go public” secara terbuka atau penawaran berbasis pemasaran bertingkat (multi level marketing).

Dalam praktik sehari-hari sering kita lihat analogi di atas di perusahaan-perusahaan maju yang pimpinan atau manajernya menyampaikan visi dan misinya secara gamblang dan terbuka kepada jajarannya. Tujuannya untuk meningkatkan kinerja operasional perusahaan.

Al-Fatihah sebagai kunci pembangunan

Visi dan misi Islam mempunyai cakupan sangat luas sebagaimana diisyaratkan pada surat yang turun berikutnya yaitu Al-Fatihah.

Surat yang merupakan intisari dari Al-Qur’an ini terdiri dari tujuh ayat yang menjabarkan esensi manajemen tentang pentingnya komitmen loyalitas, pengembanan tugas kepemimpinan, dan kewajiban membangun peradaban Qurani.

Turunnya Al-Fatihah setelah Al-Alaq, Al-Qalam, Al-Muzzammil, dan Al-Muddatstsir mencerminkan adanya sistematika proses manajemen yang memproses diri Nabi Muhammad SAW dari seorang yang awam manajemen menjadi pakar manajemen yang siap membangun peradaban. Dalam praktik manajemen sehari-hari: janganlah berharap sukses membangun sesuatu bila tidak ada idealisme (Al-Alaq), akhlak yang baik (Al-Qalam), moral yang baik (Al-Muzzammil), strategi operasi yang tepat (Al-Muddatstsir), serta master plan pembangunan yang terarah (Al-Fatihah).

Kelima kunci inilah yang menjadi bekal utama Nabi menjalankan misi manajemennya.

Pengertian Infrastuktur Manajemen Madani

Apakah setelah Nabi Muhammad SAW wafat kunci-kunci manajemen, sebagaimana tersirat dalam ke-5 surat di atas tidak dapat digunakan oleh para penerusnya? Apakah kunci-kunci tersebut hanya untuk digunakan dalam manajemen dakwah saja?

Bila kita merenungkan visi dan misi Islam yang dinyatakan sebagai ”rahmat bagi sekalian alam”, maka penulis berkeyakinan bahwa kelima kunci tersebut berlaku untuk semua bidang ilmu manajemen.

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana menempatkan kelima kunci tersebut dalam manajemen keuangan, SDM, proyek, bisnis, kesehatan, dan lain-lain?

Tempat yang paling tepat untuk meletakkan kelima kunci tersebut adalah di bagian infrastruktur. Dalam pengertian umum, bila kendaraan dimisalkan sebagai salah satu dari ilmu manajemen di atas, maka jaringan jalan rayanyalah yang disebut infrastruktur.

Perangkat apa dalam diri kita yang diperlukan untuk menempatkan infrastruktur manajemen ini?

Kelima kunci manajemen yang diisyaratkan dari kelima surat yang pertama kali turun, akan masuk melewati perangkat Akal dan Kalbu.
Mengisi akal adalah mudah karena akal mempunyai lima alat pengindera yang secara langsung tersambung dalam kesatuan susunan saraf pusat. Dengan hanya melihat, mendengar, mencium, merasa, atau mengecap kita dapat langsung belajar dan memahami sesuatu. Bahkan cakupan pancaindera dapat diperluas dengan bantuan alat berteknologi canggih. Namun untuk mengisi kalbu diperlukan metoda yang sangat berbeda, tidak secara otomatis kalbu itu terisi dengan hanya melihat, mendengar, mencium, merasa, atau mengecap.
Konsistensi Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan kelima kunci manajemen terbukti telah mengantarnya menjadi seorang manajer yang handal. Kita sebagai pewarisnya tidakkah berkeinginan mendapatkan sebagian kecil dari kemampuannya?